Surga banyak dijanjikan oleh semua agama dalam kehidupan di akhirat nanti setelah kita selesai melengkapi kehidupan kita di dunia. Tentunya janji tersebut diperuntukkan bagi orang – orang yang dalam menyelesaikan kehidupan di dunia ini dengan mematuhi perintah dan larangan yang telah ditetapkan oleh Sang Maha Pencipta. Analognya dalam dunia ini kita seperti mengikuti bos atau atasan kita, jika kita menunuaikan tugas yang diberikan dan mematuhi aturan yang telah ditetapkan tentu kita akan memperoleh bayaran dan mungkin promosi jabatan yang lebih tinggi.
Memang manusia itu cerdas dan maunya tidak merugi oleh karena itu setiap tindakan dan tingkah lakunya akan selalu memperhitungkan untung dan rugi, akan selalu meminta balasan setiap apa – apa yang telah diusahakannya, dan itu sangat – sangat wajar sekali, bahkan menurut saya hal itu sangat – sangat diperlukan, karena dengan memperhitungkan balasan atau perolehan setelah kita melakukan sesuatu kegiatan akan menjadikan kita orang yang tahu menghargai waktu, waktu akan semakin berarti dan tentunya akan menjadi orang yang berhati – hati dalam menggunakan waktu yang diberikan oleh Sang Maha Pemilik Waktu. Orang Barat bilang “ Time is money “ (waktu adalah uang), waktu memiliki nilai seperti uang sangat berarti bagi kehidupan kita, dengan demikian kita tidak akan sembarangan membuang – buang waktu dengan percuma (sia-sia). Dengan adanya satu hasil yang nantinya bakal diraih maka kita akan menjadi termotivasi dalam mengerjakan sesuatu.
Dengan adanya surga dan neraka jelas kita juga akan memahami bahwa hidup kita ini ada hukum sebab akibat sehingga tidak serampangan dalam kehidupan kita, kita akan mempertimbangkan segala perbuatan kita. Yang Maha Hidup sebenarnya hanya memberi pilihan kepada kita, kemana kita ingin pergi ? dengan menunjukkan jalan menuju kemana kita akan pergi. Allah menciptakan pahala surga bagi orang – orang yang menginginkan surga dengan memberikan pedoman jalan yang telah tertulis dalam kitab – kitab suci, demikian juga Dia sudah menunjukkan dan memberikan tanda – tanda dan peringatanya jika kita ingin pergi ke neraka. Dia memberi kebebasan kepada kita kemana kita akan memilih, oleh karena itu Beliau tidak pernah protes seandainya kita berbuat ingkar dan mungkar dengan melakukan perbuatan yang dilarang dan meninggalkan yang diperintahkan. Apapun yang ingin kita tuju Allah hanya memberikan petunjuk, mau jalan kanan silahkan, mau jalan kiri juga tidak pernah dilarang.
Ibarat kita membeli sepeda montor atau peralatan apapun pabrik memberikan petunjuk pemakaian dan memberikan peringatan yang tidak boleh dilanggar. Dan untuk keawetan kendaraan sangat – sangat tergantung kita, jika ingin awet dan enak dikendarai tentunya kita perlu mengikuti petunjuk pabrik, tetapi jika ingin cepat rusak dan sering terjadi error ya kita tidak perlu memperhatikan petunjuk cara pemakaian dan meninggalkan yang menjadi pantangannya.
Bagaimana jalan kita menuju surga ?, sebenarnya sangat – sangatlah mudah kita mencari rujukannya yakni dengan memahami bagaimanakah orang – orang yang masuk surga tersebut. Dalam Al Qur’an surat Al Fajr ayat 27 – 30
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾
ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠
﴾yang artinya “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah Kepada Tuhanmu dengan hati yang puas dan di ridlai, Maka masuklah kedalam hamba-hambaKu, Dan Masuklah kedalam SurgaKu “ . Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa orang yang dapat kembali kepada Tuhannya, dan bisa memasuki surgaNya hanyalah orang yang memiliki jiwa yang tenang. Hatinya tidak menjadi resah karena disibukkan oleh berbagai persoalan remeh temeh dunia. Jika hati kita lebih banyak cenderung pada persoalan dunia baik itu harta, jabatan, keluarga dan tetek bengek persoalan dunia tentu hati kita tidak akan menjadi tenang. Tetapi jika kita banyak mengingat pada Allah, sang Maha Pencipta Langit dan Bumi serta isinya maka insya Allah kita akan menjadi tenang ingat surat Ar Rad ayat 28 yang artinya “ Hati yang tenang hanyalah dengan mengingat Allah, dan hanya dengan mengingat Allah maka hati kita akan menjadi tenang “.
Apa dengan demikian kita harus hanya mengingat Allah saja dan tidak mengingat kebutuhan dunia dan bekerja?, tentunya tidak demikian maksud dari ayat tersebut, sebab kita masih hidup di dunia yang perlu makan, pakaian, rumah dan mencukupi kehidupan keluarga. Dan dalam doa kitapun selalu menginginkan kebaikan dunia dan akhirat (ingat “ Robbana atina fid dunya khasanah wa bil akhiroti khasanah). Oleh karena itu supaya di dunia baik dan akhirat baik maka dalam kita mencari kehidupan dunia kita harus selalu mengingat Allah supaya dalam bekerja kita tetap tenang. Ingatlah bahwa dalam bekerja kita mengharapkan ridla Allah dalam memperoleh rejeki, sehingga kita bekerja untuk memperoleh penghidupan dunia dengan tidak cara yang ngawur dan sembrono. Kalau kita bekerja dengan selalu ingat Allah kita pasti akan mencari harta yang baik dan halal, tidak serampangan asal memperoleh yang harta dan rejeki .
Dalam kehidupan kita sehari – hari sering ada pemeo yang mengatakan “ yang haram saja susah, apalagi yang halal “, barangkali hal ini benar, tetapi kalau kita renungi dengan benar maka sebenarnya lebih susah mencari yang haram. Ambil saja contoh, mungkin kita bisa dengan mudah memperoleh harta dengan korupsi, atau menipu, atau mencuri, mudahnya sebenarnya hanya masalah dapatnya, tetapi dalam mengusahakan mencuri, korupsi atau menipu kita harus memiliki satu keahlian khusus, mental baja dan hati yang benar – benar bisa melawan nurani, belum konsekuensi kalau ketahuan orang, kita akan sengsara karena bakal digebukin orang, dipenjara dan harus berhadapan dengan KPK yang nota bene akan membikin kita kehilangan muka. Kalau kita tidak malu menghadapi cemoohan karena perbuatan kita, barangkali kita sudah terbiasa makan rebung (bambu muda) sehingga muka kita sudah jadi gedek (dinding bambu), yang tidak lagi memiliki rasa malu.
Disisi lain barang yang haram secara umum juga tidak ada keberkahannya, akan mudah hilang dan pasti akan membikin mental kita semakin jauh dari moral kebajikan.
Dengan demikian kalau kita mau merenungi dengan hati yang bening, jalan menuju surga itu murah dan aman. Sedangkan jalan ke neraka itu mahal dan susah.
Coba renungilah kawan.
Memang manusia itu cerdas dan maunya tidak merugi oleh karena itu setiap tindakan dan tingkah lakunya akan selalu memperhitungkan untung dan rugi, akan selalu meminta balasan setiap apa – apa yang telah diusahakannya, dan itu sangat – sangat wajar sekali, bahkan menurut saya hal itu sangat – sangat diperlukan, karena dengan memperhitungkan balasan atau perolehan setelah kita melakukan sesuatu kegiatan akan menjadikan kita orang yang tahu menghargai waktu, waktu akan semakin berarti dan tentunya akan menjadi orang yang berhati – hati dalam menggunakan waktu yang diberikan oleh Sang Maha Pemilik Waktu. Orang Barat bilang “ Time is money “ (waktu adalah uang), waktu memiliki nilai seperti uang sangat berarti bagi kehidupan kita, dengan demikian kita tidak akan sembarangan membuang – buang waktu dengan percuma (sia-sia). Dengan adanya satu hasil yang nantinya bakal diraih maka kita akan menjadi termotivasi dalam mengerjakan sesuatu.
Dengan adanya surga dan neraka jelas kita juga akan memahami bahwa hidup kita ini ada hukum sebab akibat sehingga tidak serampangan dalam kehidupan kita, kita akan mempertimbangkan segala perbuatan kita. Yang Maha Hidup sebenarnya hanya memberi pilihan kepada kita, kemana kita ingin pergi ? dengan menunjukkan jalan menuju kemana kita akan pergi. Allah menciptakan pahala surga bagi orang – orang yang menginginkan surga dengan memberikan pedoman jalan yang telah tertulis dalam kitab – kitab suci, demikian juga Dia sudah menunjukkan dan memberikan tanda – tanda dan peringatanya jika kita ingin pergi ke neraka. Dia memberi kebebasan kepada kita kemana kita akan memilih, oleh karena itu Beliau tidak pernah protes seandainya kita berbuat ingkar dan mungkar dengan melakukan perbuatan yang dilarang dan meninggalkan yang diperintahkan. Apapun yang ingin kita tuju Allah hanya memberikan petunjuk, mau jalan kanan silahkan, mau jalan kiri juga tidak pernah dilarang.
Ibarat kita membeli sepeda montor atau peralatan apapun pabrik memberikan petunjuk pemakaian dan memberikan peringatan yang tidak boleh dilanggar. Dan untuk keawetan kendaraan sangat – sangat tergantung kita, jika ingin awet dan enak dikendarai tentunya kita perlu mengikuti petunjuk pabrik, tetapi jika ingin cepat rusak dan sering terjadi error ya kita tidak perlu memperhatikan petunjuk cara pemakaian dan meninggalkan yang menjadi pantangannya.
Bagaimana jalan kita menuju surga ?, sebenarnya sangat – sangatlah mudah kita mencari rujukannya yakni dengan memahami bagaimanakah orang – orang yang masuk surga tersebut. Dalam Al Qur’an surat Al Fajr ayat 27 – 30
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾
ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠
﴾yang artinya “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah Kepada Tuhanmu dengan hati yang puas dan di ridlai, Maka masuklah kedalam hamba-hambaKu, Dan Masuklah kedalam SurgaKu “ . Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa orang yang dapat kembali kepada Tuhannya, dan bisa memasuki surgaNya hanyalah orang yang memiliki jiwa yang tenang. Hatinya tidak menjadi resah karena disibukkan oleh berbagai persoalan remeh temeh dunia. Jika hati kita lebih banyak cenderung pada persoalan dunia baik itu harta, jabatan, keluarga dan tetek bengek persoalan dunia tentu hati kita tidak akan menjadi tenang. Tetapi jika kita banyak mengingat pada Allah, sang Maha Pencipta Langit dan Bumi serta isinya maka insya Allah kita akan menjadi tenang ingat surat Ar Rad ayat 28 yang artinya “ Hati yang tenang hanyalah dengan mengingat Allah, dan hanya dengan mengingat Allah maka hati kita akan menjadi tenang “.
Apa dengan demikian kita harus hanya mengingat Allah saja dan tidak mengingat kebutuhan dunia dan bekerja?, tentunya tidak demikian maksud dari ayat tersebut, sebab kita masih hidup di dunia yang perlu makan, pakaian, rumah dan mencukupi kehidupan keluarga. Dan dalam doa kitapun selalu menginginkan kebaikan dunia dan akhirat (ingat “ Robbana atina fid dunya khasanah wa bil akhiroti khasanah). Oleh karena itu supaya di dunia baik dan akhirat baik maka dalam kita mencari kehidupan dunia kita harus selalu mengingat Allah supaya dalam bekerja kita tetap tenang. Ingatlah bahwa dalam bekerja kita mengharapkan ridla Allah dalam memperoleh rejeki, sehingga kita bekerja untuk memperoleh penghidupan dunia dengan tidak cara yang ngawur dan sembrono. Kalau kita bekerja dengan selalu ingat Allah kita pasti akan mencari harta yang baik dan halal, tidak serampangan asal memperoleh yang harta dan rejeki .
Dalam kehidupan kita sehari – hari sering ada pemeo yang mengatakan “ yang haram saja susah, apalagi yang halal “, barangkali hal ini benar, tetapi kalau kita renungi dengan benar maka sebenarnya lebih susah mencari yang haram. Ambil saja contoh, mungkin kita bisa dengan mudah memperoleh harta dengan korupsi, atau menipu, atau mencuri, mudahnya sebenarnya hanya masalah dapatnya, tetapi dalam mengusahakan mencuri, korupsi atau menipu kita harus memiliki satu keahlian khusus, mental baja dan hati yang benar – benar bisa melawan nurani, belum konsekuensi kalau ketahuan orang, kita akan sengsara karena bakal digebukin orang, dipenjara dan harus berhadapan dengan KPK yang nota bene akan membikin kita kehilangan muka. Kalau kita tidak malu menghadapi cemoohan karena perbuatan kita, barangkali kita sudah terbiasa makan rebung (bambu muda) sehingga muka kita sudah jadi gedek (dinding bambu), yang tidak lagi memiliki rasa malu.
Disisi lain barang yang haram secara umum juga tidak ada keberkahannya, akan mudah hilang dan pasti akan membikin mental kita semakin jauh dari moral kebajikan.
Dengan demikian kalau kita mau merenungi dengan hati yang bening, jalan menuju surga itu murah dan aman. Sedangkan jalan ke neraka itu mahal dan susah.
Coba renungilah kawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar